Di zaman serba canggih ini, segala macam bisa dimulai dari obrolan WhatsApp. Salah satunya keinginan liburan yang bisa bertransformasi jadi… rencana bikin serial dokumenter.
Hah? Gimana? Bentar, gini… pada suatu malam yang indah, cerah dan biasa-biasa saja, aku mengobrol dengan sahabatku di WhatsApp. Kami bicara lewat telepon, awalnya ngobrol ngalor-ngidul sampai akhirnya aku menceletuk “Pengen ke Bali, deh.“
Keinginanku keluar dari mulut begitu saja, kupikir itu tidak akan jadi kenyataan. Namun di sebrang sana, sahabatku dengan antusias menjawab “Ih, boleh mau tahun depan? Bikin aja agendanya.“
Mulai dari situ, kami makin ngalor-ngidul ngomongin Bali, hingga larut malam. Obrolan seharusnya berputar pada rencana liburan. Tetapi kami berdua sama-sama dilahirkan dari keluarga berprinsip: kalau liburan itu harus punya output, pokoknya harus ada ha-sil-nya. Maka, otak kami tidak semudah itu memikirkan liburan, hip-hip-hura-hura. Kami malah berpikir semakin jauh…
Lanjut baca!